Minggu, 02 Desember 2018

Ngga Nyangka, Ibu dan Anak Mencintai Pria yang Sama. Pilih Mana?

Menikah adalah puncak dari keinginan para jomblower. Menikah bisa membuat hati tenteram dan hidup makin kaya rasa. Tapi bagaimana bila menikah tanpa restu orang tua? Akankah tetap bahagia ataukah bahagia menjelma neraka? Inilah kisah dua sejoli yang dimabuk asmara karena cinta. Simak kisahnya.

Mereka bertemu di saat yang nggak tepat. Mita sedang naik bis mau pulang kampung. Ia kangen kepada Ibu di desa. Setelah tiga bulan merantau di kota menjadi pegawai konter HP, Mita kembali ke rumah membawa sedikit buah tangan dan uang untuk membahagiakan ibunya. Sejak Mita SMP, ayahnya telah meninggal. Di dunia ini, hanya tinggal ibunya seorang.

Bis melaju kencang. Bis yang terkenal dengan kecepatan dan ugal-ugalan. Saat itu hari Minggu dan nggak ada bangku kosong. Terpaksa Mita harus rela berdiri. Saat itulah ia ditawari tempat duduk oleh seorang pria yang berusia dua kali lipat umurnya.

"Dik, duduk di sini saja. Saya yang akan berdiri."

Mita menurut. Ia heran, jaman now masih ada orang uang baik hati. Ia sempat melirik wajah penolongnya. Berkulit bersih dan lumayan matang. Ketampanan yang berwibawa. Mengingatkan Mita dengan Almarhum Ayahnya. Ketika suasana bis sudah longgar, Pria itu duduk di samping Mita. Lelaki bernama Dedi itu begitu dewasa dan luas cara berpikirnya. Mereka bertukar nomor HP dan mulai berhubungan secara intensif.

Sehari di rumah Ibunya, Mita mendapatkan sebuah cerita. Wanita yang sangat ia sayangi itu hendak menikah lagi. Alangkah senang hati Mita. Setelah sekian lama akhirnya ibunya akan merajut bahagia. Namun kabar dula menyapa, riga bulan setelahnya, ibu Mita putus dari kekasihnya. Mereka tak jadi menikah. Sementara hubungan Mita dan Dedi semakin hangat. Kedua sejoli yang berbeda usia itu mulai merenda kasih.
"Dik, aku serius sama kamu. Kapan aku kamu kenalin orangtuamu?"
"Minggu depan aku libur, Mas. Kita ke rumah ibu, ya."
Mereka bersama-sama pergi ke desa Mita. Alangkah terkejutnya ketika Mita mengetahui bahwa Dedi adalah lelaki yang gagal kawin dengan ibunya. Wanita paruh baya itu marah. Dia mengusir Dedi dari rumah. Ibu dan anak itu sama-sama menangis. Ternyata mereka mencintai orang yang sama.
"Ibu tak akan pernah merestui hubungan kalian, Mita. Sadarlah, Nak. Dia itu lelaki yang nggak baik buatmu." Ibu Mita Murka. Wajahnya memerah karena amarah.
"Tapi aku cinta sama Mas Dedi, Bu. Aku akan menikah dengannya."
"Kalau kamu tetap kukuh dengan pendirianmu, jangan panggil aku ibu."
Mita yang dimabuk cinta tak dapat berpikir jernih. Ia memohon kepada pamannya agar mau menjadi wali atau Mita mengancam bakal kawin lari. Paman Mita terpaksa menikahkan mereka. Mita rela kehilangan ibu dari pada kehilangan cinta. Cinta yang membutakan, menulikan dan mematikan indra.
Memang hidup itu pilihan. Baik buruk pilihan tergantung nurani. Sementara nurani akan bisa memilah keputusan terbaik bila dalam keadaan seimbang. Bila sudah berat sebelah, pilihan akan berakibat fatal. Sobat, apa yang akan terjadi dengan Mita dan suaminya? Ada yang penasaran?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar