Jumat, 08 Maret 2019

Kisah Pedagang Kopi Keliling Jadi Caleg, Berjualan Tengah Malam Lalu Diajak Nyaleg Oleh Pelanggan

Ada anggapan di masyarakat kalau ingin maju sebagai caleg harus memiliki modal besar.
Hal itu dikarenakan biaya kampanye untuk maju sebagai caleg harus mengeluarkan ongkos yang cukup besar.
Banyak caleg yang harus merogoh kocek dalam agar bisa terpilih menjadi anggota dewan.
Tapi, hal itu tidka berlaku bagi caleg asal Cilegon ini.
Dia lah Eha Soleha, seorang pedagang kopi keliling yang berani maju sebagai caleg DPRD Kota Cilegon.
Janda yang maju sebagai caleg dari PPP ini memberanikan diri meski tidak memiliki modal.
Dalam acara Mata Najwa yang tayang di Trans7 , Kamis ini, Eha Soleha menceritakan bagaimana dirinya bisa maju sebagai caleg.
Selama 3 tahun ini, Eha Soleha bekerja sebagai pedagang kopi keliling.
Ia berdagang kopi di pasar mulai dari tengah malam hingga pagi hari.
Saat berjualan, dirinya tiba-tiba diajak oleh pelanggan istimewanya untuk maju sebagai caleg.
"Yang ngajak saya nyaleg itu pelanggan kopi saya,Pelanggan istimewa ternyata dia Ketua DPC PPP," kata Eha Soleha dalam acara yang dipandu Najwa Shihab itu.
Lanjutnya, ia diajak maju sebagai caleg karena dianggap menginspirasi.
Eha pun menuturkan cerita lucunya saat pelanggannya itu meyakinkannya untuk maju sebagai caleg.
"Kamu mau gak dijadiin caleg. Kamu janda kan? mau ya ta' jadiin caleg. Ya barangkali biar dapet laki," katanya seraya diikuti tawa oleh para penonton di studio.
Eha Soleha mengaku terus mendapatkan motivasi, sebab ia menanggap kalau politik itu bukan milik orang kaya saja, tapi hak semua orang.
"Aku tak punya uang. gak masalah. terus dia (pelanggan) bujukin saya setiap hari. yasudah lalu saya daftar jadi caleg. Saya bilang sama ibu dan ade, saya mau jadi anggota dewan," ucap Eha Soleha.
Saat memulai kampanye, Eha Soleha harus melalui rintangan yang cukup berat.
Ia kerap pendapat cibiran dari orang-orang karena dirinya tidak memiliki modal.
"Saya bilang sama adek saya. Saya mau nyaleg. terus dia bilang 'kamu mah gak mungkin, kamu gak punya uang," katanya.
Ia juga sempat diremehkan orang lain karena dirinya tak punya banyak uang.
"Kata orang saya ada uang gak. Gak ada saya bilang. terus dia bilang 'Ah kalau gak ada uang gak mau dipilih.'. Tapi temen saya beri semangat, saya didoain semoga orang-orang pada milih saya," ungkapnya.
Eha Soleha pun menceritakan cara berkampanyenya.
Sambil berjualan kopi, ia mengampanyekan diri kepada para pelanggannya dengan menyebarkan kartu nama.
Kadang ia juga menempelkan stiekr ke rumah-rumah warga.
"Ke kampung door to door tempel stiker di rumah tetangga atau temen. Gak ada yang protes, tapi seminggu kemudian gambar saya dilepas," ucapnya sambil tertawa.
Mendengar cerita dari Eha Soleha, rupanya Najwa Shihab memanggil dua tokoh untuk memberikan konsultasi kepada Eha Soleha.
Salah satunya yakni Direktur Charta Politika, Yunarto Wijaya.
Yunarto Wijaya menyarankan agar Eha Soleha tetap mempertahankan kebersahajaannya.
"Bu Eha memiliki potensi yang jarang dimiliki politisi lainnya. Bu Eha bisa menjadi billboard berjalan. Jadi harus berani gunakan atribut yang langsung menyatakan 'saya adalah caleg'," katanya.
Selain itu, Yunarto Wijaya juga menyarankan agar Eha Soleha bisa menampung aspirasi dari para pelanggannya, lalu ditempelkan ke keranjang atau tas yang biasa ia bawa saat berjualan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar